CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Rabu, 13 Januari 2010

Christmas ( 33 )

Siapa Yang Tahu?


NARATOR : Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, sebagaimana telah diumumkan beberapa waktu yang lalu bahwa menjelang malam Natal, di gereja kita akan digelar “Talk Show Natal”. Mari kita panggil saja host kita, bukan Farhan, bukan juga Indi Barends, tetapi ini dia…

HOST KELUAR DAN MELAMBAI KE JEMAAT

HOST : Syalom, syalom… apa kabar semua? Umat yang berbahagia, untuk menyambut malam Natal yang spesial ini, saya sudah siapkan tamu kita dari jauh. Saya panggilkan saja, Saudara Barak bin Yunus…

BARAK, YANG BERPAKAIAN YAHUDI, KELUAR DENGAN STATUS LUMAYAN KARENA DIA ADALAH PEMILIK PENGINAPAN DI BETLEHEM.

HOST : Selamat datang, selamat datang, Bung Barak. Silahkan duduk. Dalam catatan saya ini, Bung ini seorang pemilik penginapan di kota kecil Betlehem Yudea. Apa betul?

BARAK : Betul, tidak salah lagi.

HOST : Maaf Bung Barak. Saya tidak bermaksud memojokkan Bung. Tetapi saya harus bertanya, kok tega-teganya Bung itu menempatkan Yusuf dan Ibu Maria yang sedang hamil besar di sebuah kandang binatang?

BARAK : Eh, Dik, kami ini gampang bicara. Kamu enggak tahu bagaimana keadaan kota Betlehemn waktu itu. Ramainya ajubile. Dan semua penginapan penuh, juga rumah penginapan saya. Lagipula kandang binatang saya termasuk cukup lumayan untuk beristirahat. Bersih. Buktinya, Ibu Maria yang melahirkan Anaknya disana, tidak kena penyakit dan kemudian cukup kuat untuk mengadakan perjalanan ke Mesir.

HOST : Oke… Oke… Jangan emosi, Bung. Saya wajib menanyakan. Kan namanya juga talk show. Nah, ini saya mesti tanya lagi nih.

BARAK : Silakan. Saya akan jawab selama saya bisa.

HOST : Bung tahu enggak kalau Anak yang dikandung Ibu Maria itu adalah Yesus, Juru Selamat dunia. Anak Allah pencipta langit dan bumi.

BARAK : Ya enggak lah…! Siapa yang tahu…

HOST : Oke… Oke… Kalau misalnya Bung tahu, apakah waktu itu Bung tetap memberikan Ibu Maria tempat di kandang binatang untuk melahirkan Bayinya.

BARAK : Ya enggak mungkinlah. Saya pasti mengimbau, kalau perlu memaksa keluarga yang menempati kamar yang terbaik, pindah dan men-share tempat dengan seorang langganan yang lain.

HOST : Oo, jadi karena Bung tidak tahu jadi Bung kasih Ibu Maria kandang domba itu sebagai tempat melahirkan. Tetapi kalau Bung tahu, akan menjadi lain persoalannya.

BARAK : Ya, begitulah kira-kira…

HOST : Apakah sekarang ada rasa penyesalah karena tidak memberikan yang terbaik kepada Tuhan Yesus, Anak Allah, Juru Selamat Dunia

BARAK : Hey, Bung. Enggak usah ngomong gitu deh. Karena saya tidak tahu, maka terjadilah suatu kesalahan tempo hari. Tetapi, Bung sendiri bagaimana? Teman-teman Bung yang sudah tahu bagaimana? Kalian bahkan tahu semua rencana Allah. Bahkan sudah mengalami penyelamatan dunia yang dahsyat, dan sekarang hidup di tahun-tahun anugerah. Apakah teman-teman Bung yang duduk di depan sekarang ini sudah memberikan yang terbaik kepada Yesus yang nama-Nya Bung dan teman-teman pakai di belakang nama Bung sekarang? Bukankah Bung menamai diri Bung seorang Kris-ten, pengikut Kristus, namun tidak memberikan yang terbaik kepada Dia yang Bung sembah? Tolong pikirkan itu deh. Daripada memojokkan saya seorang pemilik penginapan pada zaman dua ribu tahun yang lalu, yang tidak tahu menahu soal siapa Ibu yang hamil itu.
Sudah. Saya mau kembali sekarang. Tetapi sekali lagi ya, tolong pikirkan betul, renungkan lagi apa yang saya katakan tadi…

BARAK MASUK DAN MENINGGALKAN HOST BENGONG SENDIRIAN.

HOST : Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, saya tidak bisa menjawab pertanyaan Bung Barak dari Betlehem tadi. Saya serahkan saja kepada saudara masing-masing. Apakah saudara sudah memberikan yang terbaik kepada Yesus, Tuhan kita. Syalom, Tuhan memberkati kita.

SELAMAT NATAL!

Sumber : Renungan Harian Edisi Desember 2009




Teman Adalah Cara Tuhan Menjaga Kita


Ini ditulis oleh seorang dokter dari rumah sakit Metro Denver:

Saya dalam perjalanan pulang ke rumah dari sebuah pertemuan sore ini sekitar pk 5:00, terjebak dalam kemacetan di jalan di Colorado Blvd., dan tiba-tiba mobil saya mulai tersendat-sendat dan akhirnya mati. Dengan susah payah saya bisa mendekati sebuah pompa bensin, lega karena saya tidak menghalangi jalan dan mencari tempat hangat untuk menunggu mobil derek. Tapi tidak ada yang mau berhenti. Sebelum saya mulai menelpon, saya melihat seorang wanita berjalan keluar dari sebuah minimart, dan ia terpeleset di jalan es dan jatuh di dekat pompa bensin, saya bergegas ke ibu ini untuk melihat apakah ia baik-baik saja.

Ketika saya tiba disana, terlihat bahwa ia sedang tersedu-sedu lebih karena sedihnya, dan bukan karena jatuhnya; ia adalah seorang gadis muda yang kelihatan begitu awut-awutan dengan lingkaran hitam di sekitar matanya. Ia menjatuhkan sesuatu ketika saya membantu ia bangun, dan saya ambil untuk diberikan ke dia. Ternyata uang logam satu nikel.

Saat itu, saya jadi menyimpulkan: wanita menangis, Suburban tua yang dipenuhi dengan barang-barang dan 3 anak di belakang (1 di tempat duduk depan) , dan meteran pompa menunjukkan $4.95.

Saya bertanya apakah semuanya baik-baik saja dan apakah ia membutuhkan bantuan, dan ia lalu berkata, “Saya tidak ingin anak saya melihat saya menangis!”. Jadi kami berdiri menjauh dari mobilnya ke balik pompa. Ia bercerita bahwa ia sedang menuju ke California dan situasinya sangat sulit buat dia saat ini. Saya bertanya, “Apakah anda berdoa?” Ia mundur sedikit, tapi saya yakinkan bahwa saya bukan orang gila dan berkata, “IA mendengar kamu, dan IA mengirim saya.”

Saya mengambil kartu kredit saya dan menggesek di card reader dari pompa tersebut sehingga mobil wanita itu bisa terisi penuh, sementara bensinnya diisi, saya berjalan ke McDonald di sebelah dan membeli 2 kantung besar makanan, beberapa voucher untuk dipakai nanti, dan segelas besar kopi.

Ia memberikan makanan itu kepada anaknya, yang langsung menyambar seperti serigala kelaparan, dan kami berdiri di sebelah pompa sambil memakan kentang dan berbicara sedikit.

Ia memberitahu namanya, menceritakan bahwa ia tinggal di kota Kansas. Teman laki-lakinya meninggalkannya 2 bulan yang lalu sehingga ia tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Ia juga tahu bahwa ia tidak akan bisa membayar sewa rumah bulan January nanti. Dan dalam keadan putus asa ia menelpon orang tuanya yang tidak pernah dihubunginya selama 5 tahun. Mereka tinggal di California dan akhirnya setuju untuk dia tinggal dengan mereka sampai ia bisa mencari uang disana.

Jadi ia mengemas semua barangnya ke dalam mobil milik satu-satunya. Ia memberitahu anak-anaknya bahwa mereka akan ke California untuk merayakan Natal, tetapi tidak memberitahu bahwa mereka akan tinggal disana.

Saya berikan sarung tangan saya, memberikan pelukan kecil dan membacakan sebuah doa cepat bersama dia agar ia selamat dalam perjalanannya. Ketika saya berjalan menuju mobil saya, ia bertanya, “Apakah, Anda malaikat atau apa?”

Ini yang membuat saya terharu. Saya berkata, “Ibu, saat ini malaikat sangat sibuk, sehingga kadang-kadang TUHAN memakai orang biasa.”

Adalah sangat mengharukan untuk menjadi bagian dari keajaiban seseorang. Dan ternyata, Anda sudah bisa menebak, ketika saya menuju ke mobil, ternyata mobil saya bisa langsung distarter dan pulang ke rumah tanpa masalah. Saya akan ke bengkel besok untuk memeriksakan, tapi saya kira teknisi tidak akan mendapatkan sesuatu yang salah.

Kadang-kadang Malaikat terbang sangat dekat dengan Anda sehingga Anda bisa mendengar getaran sayapnya...

Mazmur 55:23 - “Serahkanlah kuatirmu kepada Tuhan, maka IA akan memelihara engkau. Tidak akan selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah.”

Permintaan saya adalah pilihlah orang yang Anda mau TUHAN berkati, terutama pada bulan-bulan terakhir di 2009, dan saya memilih Anda. Tolong berikan cerita ini ke orang lainnya agar mereka diberkati. Ini doanya:

“Bapa, saya memohon Bapa untuk memberkati anakku, cucuku, teman2ku, keluargaku dan orang yang membaca artikel ini sekarang. Tunjukkan kepada mereka pernyataan cinta dan kasihMU. Roh Kudus, Saya memohon Engkau untuk membimbing jiwa mereka saat ini. Dimana ada luka, sembuhkan dan berikanlah mereka pengampunan dan kedamaianMU. Dimana ada kebingungan, lepaskanlah keyakinan yang baru melalui berkatMU, dalam nama Yesus. Amin.”

Ketika Setan datang mengetuk pintu anda, katakan, “Tuhan Jesus, tolong enyahkan dia dari saya.”


Membantu Anak Fokus Pada Makna Natal

21Dec2009

Anda sedang mencari-cari ide baru untuk merayakan Natal tahun ini? Namun, tak satu pun yang muncul dalam benak Anda? Jangan khawatir, cobalah ide-ide segar berikut ini. Kiranya dapat membantu anak untuk tetap fokus pada makna Natal yang sesungguhnya.

Kelahiran seorang anak laki-laki.
Bagilah anak-anak dalam kelompok-kelompok. Mintalah mereka bekerja sama membuat suatu pengumuman kelahiran Yesus lengkap dengan cap kaki bayi yang baru lahir (mintalah ijin dari orang tua bayi tersebut terlebih dahulu). Foto kopilah pengumuman ini rangkap dua untuk dibawa pulang oleh masing-masing anak. Satu untuk disimpan dan yang satu untuk diberikan kepada orang lain.

Aku ada disana
Bagilah anak dalam beberapa kelompok. Mintalah masing-masing kelompok memilih salah satu tokoh yang ada dalam cerita Natal. Kemudian, mintalah setiap kelompok menulis dan memainkan drama berdasarkan tokoh yang dipilih. Dokumenasikanlah drama tersebut dan berikan hasil dokumentasi tersebut kepada anak untuk dibawa pulang dan ditunjukkan kepada keluarga mereka.

Bersinar
Mintalah tiap anak menggunting sebuah gambra bintang dan menuliskan nama mereka pada gambar bintang tersebut dengan menggunakan tinta yang dapat bersinar di dalam gelap. Tempelkan bintang-bintang tersebut di langit-langit ruang kelas. Matikan lampu dan katakan kepada anak-anak bahwa mereka juga dapat menolong orang lain menemukan Juru Selamat, sama seperti bintang yang menuntun para majus untuk datang kepada Yesus.

Cerita Natal
Mintalah anak-anak yang belum sekolah mendikte Anda tentang cerita Natal. Catatlah setiap kalimat yang mereka ucapkan di kertas yang berbeda. Usahakan tetnap sesuai dengan kata-kata yang diucapkan oleh anak tersebut. Kemudian, mintalah anak-anak menggambarkan setiap halaman. Kumpulkan secara urut kertas-kertas tersebut, berilah sampul dan jilidkan. Undanglah pendeta Anda untuk menghadiri presentasi istimewa buku tersebut. Suruhlah anak-anak menyampaikan hasil karyanya.

Hadiah Natal
Ajaklah anak-anak untuk membungkus bingkisan untuk pekerja gereja Anda. Bahan-bahan yang diperlukan disediakan oleh guru SM (Sekolah Minggu).

Setelah Natal, mintalah anak-anak membantu para pekerja gereja membersihkan gereja karena banyaknya acara Natal, pekerjaan mereka dua kali lebih banyak.

Anak-anak dapat memberi hadiah kepada anak-anak yang kurang mampu di seluruh dunia pada saat Natal. Mintalah anak-anak untuk membungkus mainan-mainan kecil, baterai dan lampu senter, topi dan kaos tangan dalam kardus sepatu atau mintalah mereka membungkus permen. Kemudian, kirimkan hadiah tersebut dan sedikit uang ke panti-panti asuhan yang Anda tahu.

Mintalah anak-anak mengisi 25 kotak dengan benda-benda, misalnya permen yang dibungkus, mainan kecil, pensil, kartu natal, gambar buatan sendiri dan ayat Alkitab. Kemudian, bungkus atau hiaslah kotak itu. Mintalah anak-anak untuk memikirkan 25 orang yang melayani di gereja Anda, misalnya pendeta, guru, penjaga gereja, sekretaris atau anggota majelis. Tulislah nama orang-orang ini dan berikan kepada anak-anak. Beritahukan kepada orang tua anak-anak, apa yang akan mereka kerjakan. Pada tanggal yang sudah ditetapkan, anak-anak dapat mengirimkan hadiah kejutan kepada mereka.

Kreasi Kalender
Tugaskan pada setiap anak untuk membawa kalender (angka-angkanya saja tanpa gambar). Mintalah anak-anak menggambar pada kalender tersebut. Setelah itu, tanda tanganilah hasil karya mereka. Gunakan gambar mereka sebagai gambar di kalender tersebut. Anak-anak dapat memberikan kalender ini kepada orang tua mereka.

Memberi buku
Mintalah anak-anak membawa buku-buku lama untuk diberikan kepada perpustakaan lokal atau berikan kepada anak-anak lain untuk dibaca.

Malaikat dimana-mana
Bagikan hiasan atau pin malaikat kepada tiap anak. Tempelkan malaikat itu pada sehelai kartu dan tambahkan tulisan : “… Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga” (Matius 18:10)

Tanda Khusus
Berikan sebuah korsase atau pin kepada setiap guru dan pendamping sekolah minggu. Mintalah mereka mengenakannya pada saat ibadah terakhir sebelum Natal.

Tempat Duduk Kejutan
Adakan perjamuan kasih, supaya murid-murid bisa saling kenal satu dengan yang lain. Aturannya, gambarlah simbol-simbol berikut ini pada kertas berukuran 3x5 cm : pohon, lonceng, malaikat, salib, bintang, dan kotak hadiah sejumlah murid. Letakkan gambar itu di setiap kursi. Buat lagi gambar-gambar tersebut dalam jumlah yang sama untuk dibagikan kepada murid dan letakkan semua gambar tersebut ke dalam sebuah kotak. Saat murid-murid datang, mintalah mereka mengambil gambar dari dalam kotak, dan mereka harus duduk di kursi yang bergambar sesuai dengan gambar yang mereka dapatkan. Anak-anak pasti akan senang mengetahui mereka duduk dengan siapa selama perjamuan kasih tersebut.

Hadiahku Untuk Yesus
Setelah mengajarkan hadiah yang Tuhan berikan bagi kita, diskuiskan bagaimana kita dapat memberikan hadiah bagi Yesus. Mintalah anak-anak memikirkan sesuatu yang mereka janjikan untuk dilakukan dan benar-benar akan disukai Yesus. Misalnya menceritakan Yesus kepada seorang teman atau berdoa. Mintalah anak-anak untuk menuliskan pada kartu : “Tuhan Yesus, Natal ini hadiahku untuk-Mu adalah (janji). Aku yang mengasihi-Mu, (nama anak).”

Letakkan kartu tersebut pada sebuah kotak kecil, bungkuslah dan beri tulisan : “Kepada Yesus, dari (nama anak).” Mintalah anak-anak membawa pulang kotak hadiah itu, meletakkannya di bawah pohon Natal, dan membukanya untuk Yesus pada hari Natal.

Christine Yount



Ornamen Natal

19Dec2009

John diminta untuk membawa dan menyimpan ornamen-ornamen Natal di loteng untuk dapat dipakai lagi tahun depan. Ia membawa banyak kotak penuh dengan ornamen-ornamen Natal. Saat menaiki dua anak tangga, ia terpeleset dan terjatuh.

Istrinya mendengar sesuatu dan berteriak, "Suara apa itu?"

"Aku baru saja jatuh dari tangga," katanya.

Istrinya segera berlari menghampirinya lalu berkata, "Apa ada yang patah?"

"Tidak, tidak ada, aku baik-baik saja."

Setelah terdiam beberapa saat, istrinya kemudian berkata, "Bukan kamu, maksudku ornamen Natalnya; apa ada ornamen yang patah?"


Everyday Is CHRISTMAS

18Dec2009

Setiap Tahun di Bulan Desember kita selalu disibukkan dengan perayaan Natal. Persiapan untuk natal bukan hanya dilakukan oleh orang Kristen dan Gereja saja, tapi oleh semua orang dan pusat perbelanjaan, bahkan sampai Ikan Hiu pun merayakan Natal di Sea world.

Apakah Natal hanya sekedar pesta dan perayaan? Natal sekarang indentik dengan baju baru, sepatu baru, dan lain-lain, sehingga tidaklah mengherankan jika banyak pusat perbelanjaan menawarkan “Christmas Sale” dan berbagai macam promosi untuk menarik orang berbelanja. Apakah Natal harus penuh dengan kemewahan?

Ketika Natal pertama kali dilakukan adalah suatu natal yang sederhana. Bukan Maria dan Yusuf tidak mampu, sehingga memilih sebuah kandang dan palungan untuk istri dan anaknya. Atau apakah Allah tidak mampu memilih “Maria” lain yang merupakan seorang puteri Raja atau bangsawan, sehingga Yesus sebagai Putra Allah mendapatkan tempat yang lebih layak. Namun Natal melambangkan suatu sikap rendah hati dan kerelaan mau berkorban atau memberi untuk orang lain.

Ketika Natal kita mengetahui makna Natal adalah waktu memberi bagi orang lain. Apakah yang telah kita berikan, untuk sesama kita dan Tuhan? Ada tiga hal yang patut kita pikirkan dalam hal “memberi” yakni berikan dirimu kepada Tuhan, yang kedua berikan dirimu kepada sesamamu, dan yang ketiga adalah memberi harta kita untuk orang lain.

Pertama Berikan dirimu untuk Tuhan. Tujuan utama Kristus lahir di dunia ini adalah memberikan keselamatan bagi orang yang percaya pada-Nya. Ketika kita menjadi “orang-orang yang diselamatkan”, namun tidak menyerahkan diri kita sepenuhnya untuk “dipakai” oleh Tuhan, maka apa artinya keselamatan yang kita peroleh. Natal melambangkan sikap rendah hati dan kerelaan mau berkorban untuk orang lain. Sudahkah kita dengan sikap rendah hati dan rela untuk dibentuk oleh Tuhan terlebih dahulu, sehingga kita dapat “dipakai” oleh-Nya untuk orang lain bagi kemuliaan nama-Nya?

Kedua Berikan dirimu Kepada sesamamu. Seringkali kita sebagai orang Kristen menjadi seorang yang egois, yang tidak pernah “memberikan” keselamatan yang kita peroleh untuk orang lain. Jangankan untuk orang lain, untuk saudara seimanpun kita seringkali terlalu egois. Tidak pernah menjadi sahabat bagi saudara seiman kita. Terlalu banyak pertimbangkan untuk bersahabat, padahal dia adalah saudara seiman. Terlalu banyak orang merasa kesepian dan hampa di sekitar kita, termasuk dalam gereja dan Lingkungan dimana kita berada. Ingat natal adalah melambangkan suatu sikap rendah hati dan kerelaan mau berkorban atau memberi untuk orang lain. Sudahkah kita melakukannya, walaupun itu adalah orang yang paling kita benci?

Ketiga memberi harta bagi orang lain. Natal adalah moment yang tepat untuk memberi, namun seringkali orang terjebak dengan moment. Jika bukan Natal, jarang sekali kita orang Kristen mau memberi. Padahal begitu banyak orang-orang yang mengalami kemiskinan dan kesusahan, yang memerlukan bantuan anda tidak hanya di Hari Natal saja. Ketika kita diberikan sedikit harta duniawi, sudah kita menyisihkan sedikit untuk mereka yang susah ? Saya jadi teringat dengan kata-kata pengemis kecil dalam bis, Gope (500) dan Ceceng (1000) tidak membuat anda menjadi miskin. Sudahkah kita mempunyai hati yang tulus dalam memberi?

Marilah Kita jadikan moment Natal tahun ini, membuat kita memikirkan kembali makna Natal dan sesungguhnya, dan biarlah di tahun ini Natal itu lahir dalam hati kita semua. Biarlah Kita menjadikan diri kita “hadiah Natal” terindah buat orang lain, dengan kehadiran kita sebagai sahabat dan melalui harta yang kita miliki , bukan hanya di Hari Natal. Namun setiap hari dalam hidup kita adalah natal untuk orang lain.


Kupu-kupu

14Dec2009

Di sebuah kota kecil yang tenang dan indah, ada sepasang pria dan wanita yang saling mencintai. Mereka selalu bersama memandang matahari terbit di puncak gunung, bersama di pesisir pantai menghantar matahari senja.

Setiap orang yang bertemu dengan mereka tidak bisa tidak akan menghantar dengan pandangan kagum dan doa bahagia. Mereka saling mengasihi satu sama lain Namun pada suatu hari, malang sang lelaki mengalami luka berat akibat sebuah kecelakaan. Ia berbaring di atas ranjang pasien beberapa malam tidak sadarkan diri di rumah sakit.

Siang hari sang wanita menjaga di depan ranjang dan dengan tiada henti memanggil-manggil kekasih yang tidak sadar sedikitpun. Malamnya ia ke gereja kecil di kota tersebut dan tak lupa berdoa kepada Tuhan agar kekasihnya selamat.

Air matanya sendiri hampir kering karena menangis sepanjang hari. Seminggu telah berlalu, sang lelaki tetap pingsan tertidur seperti dulu, sedangkan si wanita telah berubah menjadi pucat pasi dan lesu tidak terkira, namun ia tetap dengan susah payah bertahan dan akhirnya pada suatu hari Tuhan terharu oleh keadaan wanita yang setia dan teguh itu, lalu Ia memutuskan memberikan kepada wanita itu sebuah pengecualian kepada dirinya.

Tuhan bertanya kepadanya, "Apakah kamu benar-benar bersedia menggunakan nyawamu sendiri untuk menukarnya?".

Si wanita tanpa ragu sedikitpun menjawab, "Ya".

Tuhan berkata, "Baiklah, Aku bisa segera membuat kekasihmu sembuh kembali, namun kamu harus berjanji menjelma menjadi kupu-kupu selama 3 tahun. Pertukaran seperti ini apakah kamu juga bersedia?".

Si wanita terharu setelah mendengarnya dan dengan jawaban yang pasti menjawab "saya bersedia!".

Hari telah terang. Si wanita telah menjadi seekor kupu-kupu yang indah. Ia mohon diri pada Tuhan lalu segera kembali ke rumah sakit. Hasilnya, lelaki itu benar-benar telah siuman bahkan ia sedang berbicara dengan seorang dokter. Namun sayang, ia tidak dapat mendengarnya sebab ia tak bisa masuk ke ruang itu. Dengan di sekati oleh kaca, ia hanya bisa memandang dari jauh kekasihnya sendiri. Beberapa hari kemudian, sang lelaki telah sembuh. Namun ia sama sekali tidak bahagia. Ia mencari keberadaan sang wanita pada setiap orang yang lewat, namun tidak ada yang tahu sebenarnya sang wanita telah pergi kemana.

Sang lelaki sepanjang hari tidak makan dan istirahat terus mencari. Ia begitu rindu kepadanya, begitu inginnya bertemu dengan sang kekasih, namun sang wanita yang telah berubah menjadi kupu-kupu bukankah setiap saat selalu berputar di sampingnya? hanya saja ia tidak bisa berteriak, tidak bisa memeluk. Ia hanya bisa memandangnya secara diam-diam.

Musim panas telah berakhir, angin musim gugur yang sejuk meniup jatuh daun pepohonan. Kupu-kupu mau tidak mau harus meninggalkan tempat tersebut lalu terakhir kali ia terbang dan hinggap di atas bahu sang lelaki. Ia bermaksud menggunakan sayapnya yang kecil halus membelai wajahnya, menggunakan mulutnya yang kecil lembut mencium keningnya.

Namun tubuhnya yang kecil dan lemah benar-benar tidak boleh di ketahui olehnya, sebuah gelombang suara tangisan yang sedih hanya dapat di dengar oleh kupu-kupu itu sendiri dan mau tidak mau dengan berat hati ia meninggalkan kekasihnya, terbang ke arah yang jauh dengan membawa harapan.

Dalam sekejap telah tiba musim semi yang kedua, sang kupu-kupu dengan tidak sabarnya segera terbang kembali mencari kekasihnya yang lama ditinggalkannya. Namun di samping bayangan yang tak asing lagi ternyata telah berdiri seorg wanita cantik. Dalam sekilas itu sang kupu-kupu nyaris jatuh dari angkasa. Ia benar-benar tidak percaya dengan pemandangan di depan matanya sendiri. Lebih tidak percaya lagi dengan omongan yang di bicarakan banyak orang. Orang-orang selalu menceritakan ketika hari natal, betapa parah sakit sang lelaki. Melukiskan betapa baik dan manisnya dokter wanita itu. Bahkan melukiskan betapa sudah sewajarnya percintaan mereka dan tentu saja juga melukiskan bahwa sang lelaki sudah bahagia seperti dulu kala. Sang kupu-kupu sangat sedih.

Beberapa hari berikutnya ia seringkali melihat kekasihnya sendiri membawa wanita itu ke gunung memandang matahari terbit, menghantar matahari senja di pesisir pantai. Segala yang pernah di milikinya dahulu dalam sekejap tokoh utamanya telah berganti seorg wanita lain sedangkan ia sendiri selain kadangkala bisa hinggap di atas bahunya, namun tidak dapat berbuat apa-apa.

Musim panas tahun ini sangat panjang, sang kupu-kupu setiap hari terbang rendah dengan tersiksa dan ia sudah tidak memiliki keberanian lagi untuk mendekati kekasihnya sendiri. Bisikan suara antara ia dengan wanita itu, ia dan suara tawa bahagianya sudah cukup membuat hembusan napas dirinya berakhir, karenanya sebelum musim panas berakhir, sang kupu-kupu telah terbang berlalu.

Bunga bersemi dan layu. Bunga layu dan bersemi lagi. Bagi seekor kupu-kupu waktu seolah-olah hanya menandakan semua ini. Musim panas pada tahun ketiga, sang kupu-kupu sudah tidak sering lagi pergi mengunjungi kekasihnya sendiri. Sang lelaki bekas kekasihnya itu mendekap perlahan bahu si wanita, mencium lembut wajah wanitanya sendiri. Sama sekali tidak punya waktu memperhatikan seekor kupu-kupu yang hancur hatinya apalagi mengingat masa lalu.

Tiga tahun perjanjian Tuhan dengan sang kupu-kupu sudah akan segera berakhir dan pada saat hari yang terakhir, kekasih si kupu-kupu melaksanakan pernikahan dengan wanita itu. Dalam kapel kecil telah dipenuhi orang-orang. Sang kupu-kupu secara diam-diam masuk ke dalam dan hinggap perlahan di atas pundak Tuhan.

Ia mendengarkan sang kekasih yang berada dibawah berikrar di hadapan Tuhan dengan mengatakan, "Saya bersedia menikah dengannya!". Ia memandangi sang kekasih memakaikan cincin ke tangan wanita itu, kemudian memandangi mereka berciuman dengan mesranya lalu mengalirlah air mata sedih sang kupu-kupu.

Dengan pedih hati Tuhan menarik napas, "Apakah kamu menyesal?".

Sang kupu-kupu mengeringkan air matanya, "Tidak".

Tuhan lalu berkata di sertai seberkas kegembiraan, "Besok kamu sudah dpt kembali mjd dirimu sendiri". Sang kupu-kupu menggeleng-gelengkan kepalanya, "Biarkanlah aku menjadi kupu-kupu seumur hidup".

ADA BEBERAPA KEHILANGAN MERUPAKAN TAKDIR. ADA BEBERAPA PERTEMUAN ADALAH YANG TIDAK AKAN BERAKHIR SELAMANYA. MENCINTAI SESEORANG TIDAK MESTI HARUS MEMILIKI, NAMUN MEMILIKI SESEORANG MAKA HARUS BAIK-BAIK MENCINTAINYA…


Permohonan Natal Gadis Kecil

07Dec2009

Gadis Cilik yang Berani Memohon Ketika Amy Hagadorn berjalan melewati sebuah sudut di lorong dekat kelasnya, ia berpapasan dengan seorang anak laki-laki jangkung siswa kelas lima yang berlari dari arah berlawanan.

"Pakai matamu, Bodoh," maki anak laki-laki itu, setelah berhasil berkelit dari murid kelas tiga bertubuh kecil yang hampir ditabraknya. Kemudian, dengan mimik mengejek, anak laki-laki itu memegang kaki kanannya dan berjalan menirukan cara berjalan Amy yang pincang. Amy memejamkan matanya beberapa saat. Abaikan saja dia, katanya dalam hati sambil berjalan lagi menuju ke kelasnya. Akan tetapi, sampai jam pelajaran terakhir hari itu Amy masih memikirkan ejekan anak laki-laki jangkung itu. Dan, ia bukan satu-satunya orang yang mengganggunya.

Sejak Amy mulai duduk di kelas tiga, ada saja anak yang mengganggunya setiap hari, mengejek cara bicaranya atau cara berjalannya. Kadang-kadang, walaupun di dalam kelas yang penuh dengan anak-anak, ejekan-ejekan itu membuatnya merasa sendirian. Di meja makan malam itu, Amy tidak bicara. Karena tahu ada yang tidak beres di sekolah, Patti Hagadorn dengan senang hati berbagi kabar menggembirakan dengan putrinya.

"Di sebuah stasion radio ada lomba membuat permohonan Natal," kata sang ibu. "Coba tulis surat kepada Santa Klaus, siapa tahu kau memenangkan hadiahnya. Kupikir setiap anak yang mempunyai rambut pirang bergelombang di meja ini harus ikut."

Amy tertawa, lalu ia mengambil pensil dan kertas. "Dear Santa Klaus," tulisnya sebagai pembuka. Ketika Amy sedang asyik membuat suratnya yang paling baik, semua anggota keluarga mencoba menebak permohonannya kepada Santa Klaus. Adik Amy, Jamie, dan ibunya sama-sama menebak bahwa yang paling mungkin diminta oleh Amy adalah boneka Barbie setinggi satu meter. Ayah Amy menebak bahwa putrinya meminta sebuah buku bergambar. Akan tetapi, Amy tidak bersedia mengungkapkan permohonan Natal-nya yang rahasia.

Di stasiun radio WJLT di Fort Wayne, Indiana, suat-surat yang datang untuk mengikuti lomba Permohonan Natal tumpah seperti air bah. Para karyawan stasiun radio dengan senang hati membaca bermacam-macam hadiah yang diinginkan oleh anak-anak laki-laki dan perempuan dari seluruh kota untuk perayaan Natal. Ketika surat Amy tiba di stasium radio itu, manajer Lee Tobin membacanya dengan cermat.

"Santa Klaus yang Baik, Nama saya Amy. Saya berusia sembilan tahun. Saya mempunyai masalah di sekolah. Dapatkah Anda menolong saya, Santa? Anak-anak menertawakan saya karena cara berjalan saya, cara berlari saya, dan cara bicara saya. Saya menderita cerebral palsy. Saya hanya meminta satu hari saja yang dapat saya lewati tanpa ada orang menertawai atau mengejek saya. Sayang selalu, Amy.”

Hati Lee terasa nyeri ketika membaca surat itu: Ia tahu cerebral palsy adalah kelainan otot yang tampak aneh bagi teman-teman sekolah Amy. Menurutnya ada baiknya bila semua orang di Fort Wayne mendengar tentang gadis cilik dengan permohonan Natalnya yang tidak lazim. Pak Tobin menelepon sebuat koran setempat. Keesokan harinya, foto Amy dan suratnya kepada Santa mengisi halaman depan The News Sentinel. Kisah itu menyebar dengan cepat. Surat kabar, stasiun radio, dan televisi di seluruh negeri memberitakan kisah gadis cilik di Fort Wayne, Indiana, yang hanya mengajukan sebuah permohonan sederhana, namun baginya merupakan hadiah Natal paling istimewa-satu hari tanpa ejekan. Tiba-tiba, tukang pos menjadi langganan di rumah keluarga Hagadorn. Amplop berbagai ukuran yang dialamatkan kepada Amy datang setiap hari dari anak-anak dan orang dewasa dari seluruh negeri, berisi kartu-kartu ucapan selamat berlibur dan kata-kata penghiburan.

Selama masa Natal yang sibuk itu, lebih dari dua ribu orang dari seluruh dunia mengirimkan surat persahabatan dan dukungan kepada Amy. Sebagian penulis surat itu cacat; sebagian pernah menjadi sasaran ejekan ketika kanak-kanak, tetapi tiap penulis mempunyai sebuah pesan khusus bagi Amy. Lewat kartu-kartu dan surat-surat dari orang-orang asing itu, Amy merasakan sebuah dunia penuh dengan orang-orang yang betul-betul saling peduli. Ia sadar tidak ada ejekan dalam bentuk apa pun yang akan pernah membuatnya merasa kesepian. Banyak orang berterima kasih kepada Amy atas keberaniannya mengungkapkan isi hati. Yang lain mendorongnya bertahan terhadap ejekan-ejekan dan tetap tampil dengan tengadah.

Lynn, seorang siswi kelas enam dari Texas, mengirim pesan sebagai berikut: Aku senang menjadi temanmu, dan bila kau mau mengunjungi aku, kita dapat bersenang-senang. Tidak seorang pun akan mengejek kita, karena kalau mereka demikian, kita tidak usah mendengarkan. Permohonan Amy untuk menikmati satu hari khusus tanpa ada yang mengganggu terpenuhi di sekolahnya, South Wayne Elementary School. Selain itu, setiap orang di sekolah memberikan sebuah bonus tambahan. Guru dan murid berdiskusi tentang bagaimana perasaan orang yang diejek. Tahun itu, walikota Fort Wayne secara resmi menyatakan 21 Desember sebagai Hari Amy Jo Hagadorn untuk seluruh kota. Walikota menerangkan bahwa dengan keberanian mengajukan permohonan seperti itu, Amy mengajarkan sebuah pelajaran universal. "Siapa pun," kata walikota, "ingin dan berhak diperlakukan dengan hormat, bermartabat, dan hangat."


Ajari Anak-anak Arti Natal Yang Sebenarnya

04Dec2009

Saya sedang bersiap-siap untuk tidur ketika terdengar suara berisik di ruang tamu. Saya membuka pintu kamar Dan saya amat terkejut, sinterklas tiba-tiba muncul dari balik pohon natal. Sinterklas tidak tampak gembira seperti biasanya malahan saya pikir saya melihat air Mata disudut matanya.

“Apa yang sedang anda lakukan?”, saya bertanya.

“Saya datang untuk mengingatkan kamu. AJARILAH ANAK-ANAK!” kata Sinterklas.

Saya menjadi bingung apa yang dimaksudkannya? Kemudian dengan satu gerak cepat Sinterklas memungut sebuah tas mainan dari balik pohon. Sementara saya berdiri dengan bingung, Sinterklas berkata, “Ajarilah anak-anak! Ajarilah mereka arti natal yang sebenarnya, arti yang sekarang ini telah dilupakan oleh banyak anak”.

Sinterklas merogoh kedalam tasnya Dan mengeluarkan sebuah POHON NATAL mini. “Ajarilah anak-anak bahwa pohon cemara senantiasa hijau sepanjang tahun, melambangkan harapan abadi seluruh umat manusia, semua ujung daunnya mengarah keatas, mengingatkan Kita bahwa segala pikiran Kita di masa Natal hanya terarah pada surga.”

Kemudian ia memasukan tangannya kedalam tas dan mengeluarkan sebuah BINTANG cemerlang. “Ajarilah anak-anak bahwa bintang adalah tanda surgawi akan janji Allah berabad-abad yang silam. Tuhan menjanjikan seorang Penyelamat bagi dunia, Dan bintang adalah tanda bahwa Tuhan menepati janji-Nya.”

Ia memasukkan tangannya lagi kedalam tasnya Dan mengeluarkan sebatang LILIN. “Ajarilah anak-anak bahwa kristus adalah terang dunia, Dan ketika Kita melihat terang lilin, Kita diingatkan kepada-Nya yang telah mengusir kegelapan”

Sekali lagi ia memasukkan tangannya ke dalam tasnya, mengeluarkan sebuah LINGKARAN lalu memasangnya di pohon natal, “Ajarilah anak-anak bahwa lingkaran melambangkan Cinta Sejati yang tak akan pernah berhenti. Cinta adalah kasih sayang yang terus-menerus tidak hanya saat Natal, tetapi sepanjang tahun.”

Kemudian dari tasnya ia mengeluarkan hiasan SINTERKLAS. “Ajarilah anak-anak bahwa saya, Sinterklas, melambangkan kemurahan hati Dan segala niat baik yang Kita rasakan sepanjang bulan Desember.”

Selanjutnya ia mengeluarkan sebuah HADIAH dan berkata, “Ajarilah anak-anak bahwa Tuhan demikian mengasihi umatnya sehingga Ia memeberikan anaknya yang tunggal....”

“Terpujilah Allah atas hadiah-Nya yang demikian mengagumkan itu. Ajarilah anak-anak bahwa para majus datang menyembah sang bayi kudus Dan mempersembahkan emas, kemenyan Dan mur. Hendaklah Kita memberi dengan semangat yang sama dengan para majus.”

Sinterklas kemudian mengambil tasnya, memungut sebatang PERMEN coklat berbentuk tongkat dan menggantungkannya di pohon Natal. “Ajarilah anak-anak bahwa batangan permen ini melambangkan para gembala. Sekali waktu seekor domba berkelana pergi meninggalkan kawanannya Dan tersesat maka gembala datang Dan menuntun mereka kembali. Batang permen ini mengingatkan Kita bahwa Kita adalah penjaga saudara-saudara Kita, sekali waktu orang-orang yang telah lama pergi meninggalkan geraja membutuhkan pertolongan untuk kembali ke pangkuan Gereja. Selayaknyalah Kita berdaya supaya untuk menjadi gembala-gembala yang baik Dan menuntun mereka pulang kerumah.”

Ia memasukan tangannya lagi kedalam tas dan mengeluarkan sebuah boneka MALAIKAT. “Ajarilah anak-anak bahwa para malaikatlah yang mewartakan kabar sukacita kelahiran Sang Penyelamat. Para malaikat itu bernyanyi, “Kemuliaan bagi Allah di surga Dan damai di bumi bagi manusia.” Sama seperti para malaikat di Betlehem, Kita patut mewartakan kabar gembira tersebut kepada keluarga Dan teman-teman: Immanuel - Tuhan beserta Kita!

Sekarang Sinterklas kelihatan gembira. Ia memandang saya Dan saya melihat matanya telah bersinar kembali. Ia berkata, “Ingat, ajarilah anak-anak arti Natal yang sebenarnya. Jangan menjadikan saya pusat perhatian karena saya hanyalah hamba dari Dia yang adalah arti Natal yang sebenarnya - Immanuel -Tuhan beserta Kita”. Kemudian, secepat datangnya, Sinterklas tiba-tiba pergi.

Dan seperti biasa - Sinterklas telah datang untuk membawa hadiah bagi saya Dan anak-anak saya - suatu hadiah yang luar biasa. Sinterklas telah membantu saya mengingat kembali arti Natal yang sebenarnya - Dan arti kedatangan Yesus ke dunia. Dan saya tahu, bagi saya Dan anak-anak, Natal ini akan menjadi Natal yang terindah - karena IMMANUEL ~ Tuhan beserta Kita!


Pagi Hari Saat Natal

03Dec2009

Seorang pastor paroki. Di akhir tahun ia merasa capai setelah melewati setahun yang keras dan sulit dengan sejuta problema. Hari ini adalah hari Natal. Walau kepalanya agak pening ia memaksa diri bangun dari tidur. Kepalanya hampa. Ketika membaca bacaan Injil di pagi Natal ini, segalanya tak membantu. Tak ada inspirasi yang meneguhkan hidup. Kisah tentang tiga raja dari Timur, tentang Maria, tentang Betlehem, tentang bayi Yesus dalam palungan, tentang para gembala dan malaikat?

"Huh...sudah bertahun-tahun saya mendengar semuanya ini. Tak ada yang baru. Setiap tahun saya telah banyak berkotbah tentang ini. Sekarang lagi-lagi harus berbicara tentang kisah yang sama." Dengan tenaga lesu si pastor paroki bangun dan dengan sedikit malas menyiapkan diri untuk perayaan kebaktian Natal.

“Natal?? Huh...”, si pastor paroki sekali lagi menghembuskan napas keluhannya. Apa arti sebuah Natal yang sudah diwarnai bisnis duniawi? Di mana-mana lagu natal diputar, di jalan raya penuh terpasang iklan dengan lukisan Santa Klaus. Sudah berapa kali saya berbicara tentang makna sebuah natal? Dan apakah saya masih harus berteriak lagi tentang makna natal padahal tak seorang pun rela menggubris kata-kataku? Bukankah saya telah gila? Saya berbicara tentang cinta, tentang perdamaian, tapi lihat… Kebencian dan permusuhan tetap saja menjadi santapan sedap berita koran dan televisi.

Sebelum si pastor paroki itu selesai membenah diri, sepasang muda-mudi berdiri dan mengetuk pintu pastoran. "Aku Joseph. Dan ini Maria." Kata lelaki yang berdiri di depan pintu itu sambil melirik ke arah wanita yang sudah hamil tua dan siap melahirkan yang berdiri di sampingnya. Wanita itu begitu kurus, keringat mengucur walau di luar udara terasa amat dingin. Pastor paroki memperhatikan mereka satu-persatu, lalu menggumam, "Engkau Joseph, dan itu Maria. Dan siapakah saya ini? Apakah kamu berpikir bahwa aku ini keledai untuk ditunggang Maria???"

Oh...pasangan yang malang. Keduanya kini harus menerima luapan amarah yang terpendam lama di bathin si pastor itu. Bom yang dijaga baik itu kini meledak juga. Sayangnya...ia meledak justru di pagi hari Natal.

Namun ketika melihat si gadis yang gemetar seluruh tubuh sambil tangannya memeluk kuat bantal yang dibawanya, sang pastorpun tergerak hatinya. Kemarahannya mereda, dan dengan cepat ia menghantar gadis itu ke rumah sakit. Dan di pagi natal yang dingin. Sang pastor melihat seorang bayi dilahirkan. Iapun melihat seorang ibu yang kesakitan. Suatu kehidupan baru yang menuntut pengorbanan.

Dalam kotbahnya sang pastor berkata, "Hari ini saya melihat seorang bayi dilahirkan. Dan saya memahami apa arti sebuah Natal. Aku melihat kepedihan dan ketakutan sang ibu. Dan aku melihat betapa sang ibu amat mencintai bayi yang baru dilahirkan itu. Kini aku mengerti cinta yang diberikan Tuhan kepada kita manusia, cinta yang terukir oleh darah, oleh keringat, oleh air mata. Inilah sebuah Natal. Tuhan datang dalam dingin, dalam bentuk seorang bayi lemah, hanya untuk mengatakan bahwa Ia adalah Emmanuel, bahwa Ia mencintai kita selamanya." Kata sang pastor seakan mengulangi lagi apa yang biasa dikotbahkannya pada pagi hari Natal. Bedanya, kali ini ia lebih berbicara kepada dirinya sendiri.


Berikan Aku Seorang Ayah

02Dec2009

Secarik kertas koran terbang dikipas angin dan tersangkut pada tiang listrik. Dari kejauhan bisa aku baca judul besar yang tertulis dengan warna merah pada halaman kertas itu yang mengingatkan saya akan natal yang kini tiba. Malam nanti adalah "Malam Kudus, Malam Damai". Dan setiap hati pasti mengimpikan agar di malam ini mereka bisa menemukan setitik kesegaran, menemukan secercah kedamaian yang dibawa oleh Allah yang menjelma.

Judul di kertas koran itu tertulis dalam Karakter khusus bahasa Cina; "Selamat Hari Natal: Semoga Harapan Anda Menjadi Kenyataan." Karena tertarik dengan judul tersebut, saya memungut kertas koran yang sudah tercabik dan kotor itu dan membacanya. Ternyata ini merupakan halaman khusus yang sengaja disiapkan bagi siapa saja agar menuliskan impian dan harapannya. Koran ini seakan berperan sebagai agen yang meneruskan harapan mereka agar kalau boleh bisa didengarkan oleh Santa Klaus atau oleh Allah sendiri. Ada kurang lebih tiga puluh harapan yang dimuat di halaman koran hari ini. Namun saya tertarik dengan harapan yang ditulis oleh seorang gadis kelas tiga SMP :

"Tuhan...apakah Engkau sungguh ada? Aku tak pernah tahu tentang Engkau. Aku tak pernah melihat diriMu. Namun banyak orang mengatakan bahwa malam ini Engkau yang jauh di atas sana akan menjelma menjadi seorang manusia sama seperti diriku dan mendengarkan setiap harapan yang ada di dasar setiap hati. Tuhan kalau Engkau sungguh ada dan malam ini mengetuk hatiku, aku akan mengatakan kepadaMu bahwa aku butuh seorang ayah. Berikanlah aku seorang ayah. Aku tahu bahwa harapanku ini bukanlah sesuatu yang baru, karena sejak kecil aku secara terus-menerus merindukan hal ini."

"Kata ibuku di rumahku ada seorang ayah. Aku tahu bahwa di rumahku, di samping ibuku masih ada seorang lelaki yang hidup bersama kami. Dan kata ibu dia inilah yang seharusnya aku panggil ayah. Namun aku tak pernah merasakan cinta seorang ayah. Setiap hari kami tak pernah mengucapkan lebih dari tiga kalimat. Ketika kami saling berpapasan, yang aku rasakan cumalah kebencian yang terpancar dari sudut kedua matanya."

"Benar bahwa ia membayar uang sekolahku. Ia juga membiayai kebutuhan hidupku. Tapi... sebatas itukah yang disebut kasih sayang seorang bapa? Dia tak lebih dari pada seseorang yang harus memenuhi sebuah tuntutan hukum untuk mendampingi diriku, tetapi ia bukanlah ayahku. Setiap ongkos yang keluar untuk membayar uang sekolahku harus aku bayar dengan derai air mata dan isakan tangis, harus aku bayar dengan mata yang membengkak. Inikah kasih sayang seorang bapa?”

"Tuhan...apakah Engkau mendengarkan diriku? Malam ini ketika Engkau menjelma menjadi seseorang seperti diriku dan menjenguk bathinku, hanya satu hal yang aku harapkan. Berikanlah aku seorang bapa. Seorang bapa yang mencintaiku, seorang bapa yang bisa menasihati aku tetapi mencaci diriku."

Setelah membaca tulisan ini aku bisa merasakan kepedihan yang bercokol dalam diri si gadis ini. Aku pernah menjadi seorang anak tiri, anak yang kehilangan seorang bapa ketika masih berumur dua tahun. Dan betapa dalam dan besarnya kerinduanku untuk bisa merasakan kasih sayang seorang bapa. Ketika berumur sembilan tahun aku akhirnya boleh memperoleh seorang ayah lagi.

Namun temanku, aku yakin anda pernah membaca kisah hidup anak tiri. Aku tak hanya membaca, namun dengan hidupku sendiri aku mengalaminya. Ternyata kerinduanku untuk menyapa seseorang sebagai bapa hanya bisa bertahan dalam mimpi. Itulah nasib menjadi seorang anak tiri. Namun waktu terus bergulir. Bapa tiriku kini telah ubanan. Kalau dulu aku bermimpi untuk dicintai oleh seseorang yang boleh aku panggil sebagai bapa, walau mimpiku ini tak pernah menjadi kenyataan, namun kini aku hanya bisa berjuang untuk mencintai seseorang dengan harapan bahwa ia boleh menyapa aku sebagai anaknya. Yang ada di dasar bathinku bukanlah rasa marah dan dendam. Tapi belas kasihan. Dan ini hanya menjadi mungkin karena aku telah mengalami cinta seorang Bapa yang dibawa oleh seorang bayi mungil di kandang hina. Yesus yang lahir dalam dingin telah mengatakan kepadaku bahwa ada seorang Bapa yang selalu dan senantiasa mencintaiku. Aku tak perlu lagi mencari dan bermimpi. Kini adalah giliranku untuk membalas cinta tersebut dengan mencintai orang lain, dan...terutama mencintai ayah tiriku.


Kasih Bapa

01Dec2009

Beberapa tahun yang lalu, ada seorang duda yang sangat kaya. Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang sangat ia kasihi dan memiliki kegemaran yang sama dengannya yaitu mengkoleksi lukisan-lukisan terkenal. Mereka berkeliling dunia untuk mencari dan mengumpulkan lukisan-lukisan itu. Karya-karya tak ternilai dari Picasso, Van Gogh, Monet dan banyak lainnya menghiasi dinding rumah mereka. Duda itu sangat bangga dengan keahlian anaknya memilih karya-karya bermutu.

Ketika musim dingin tiba, perang melanda negeri mereka. Anak muda itu pergi untuk membela negerinya. Setelah beberapa minggu, ayahnya menerima telegram bahwa anaknya telah hilang. Kolektor seni itu dengan cemas menunggu berita berikutnya, dan ternyata yang dicemaskan terjadi, anaknya telah tewas ketika sedang merawat seorang temannya yang terluka. Keinginan untuk merayakan Natal bersama anaknya sirna sudah. Ia merasa sedih dan kesepian.

Pada hari Natal pagi hari, terdengar ketokan di pintu yang membangunkan orang tua itu. Ketika ia membuka pintu, seorang serdadu berdiri di depannya dengan membawa bungkusan besar. Serdadu itu memperkenalkan diri, "Saya adalah teman anak bapak. Saya adalah orang yang sedang diselamatkannya ketika ia tewas. Bolehkah saya masuk sebentar? Ada sesuatu yang ingin saya perlihatkan." Serdadu itu menuturkan bahwa anak orang tua itu telah menceritakan padanya kecintaannya, juga ayahnya, pada barang-barang seni.

"Saya adalah seorang seniman," kata serdadu itu, "dan saya ingin memberikan pada Anda barang ini." Dibukanya bungkusan yang dibawanya itu dan ternyata di dalamnya ada lukisan foto anak orang tua itu. Memang bukan karya yang sangat bagus dibandingkan dengan lukisan-lukisan yang telah dimilikinya. Tetapi lukisan itu cukup rinci menggambarkan wajah anaknya. Dengan terharu orang tua itu memajang lukisan itu di atas perapian, menyingkirkan lukisan-lukisan lain yang bernilai ribuan dolar.

Pada hari-hari berikutnya, orang tua itu menyadari bahwa walaupun anaknya tak berada lagi di sisinya ia tetap hidup dihatinya. Ia bangga mendengar anaknya telah menyelamatkan puluhan serdadu yang terluka sampai sebuah peluru merobek jantungnya. Lukisan foto anaknya itu menjadi miliknya yang paling berharga.

Pada musim semi berikutnya, orang tua itu sakit dan meninggal. Koleksi lukisannya akan dilelang. Dalam surat wasiatnya orang tua itu mengatakan bahwa lukisan-lukisan itu akan dilelang pada hari Natal, hari orang tua itu menerima lukisan yang paling disayanginya itu. Penggemar seni di seluruh dunia menunggu saat pelelangan itu.

Saat yang dinantikan itu pun tiba. Penggemar seni berdatangan dari berbagai penjuru dunia. Lelang dimulai dengan lukisan yang tak ada dalam daftar di museum di seluruh dunia, yaitu lukisan anak orang tua itu.

Juru lelang bertanya, "Siapa yang akan mulai dengan penawaran?" Ruangan itu sunyi. Juru lelang melanjutkan, "Siapa yang akan mulai penawaran dengan $100?"

Menit-menit berlalu dan tak ada seorang pun yang berbicara. Terdengar suara protes, "Siapa yang berminat pada lukisan tak bermutu itu? Itu hanya lukisan foto anak orang tua itu. Lupakan saja lukisan itu dan lanjutkan dengan lukisan-lukisan lain yang bermutu."

Terdengar suara-suara yang menyetujui usul itu.

"Tidak, kita harus menjual ini terlebih dahulu," kata juru lelang. Akhirnya, seorang tetangga orang tua itu berkata, "Bagaimana kalau saya menawarnya sepuluh dolar. Saya hanya punya uang sebanyak itu. Karena saya kenal baik anak itu, saya ingin memilikinya."

Juru lelang itu bertanya, "Ada yang menawar lebih tinggi?" Kembali ruangan sunyi. "Kalau begitu saya hitung, satu, dua, . tiga, jadilah."

Tepuk tangan terdengar riuh di ruangan itu, dan terdengar suara, "Nah, akhirnya kita sampai pada pelelangan harta yang sebenarnya." Tetapi juru lelang itu mengumumkan pelelangan telah selesai. Seseorang memprotes dan bertanya, "Apa maksud Anda? Di sini ada koleksi lukisan yang bernilai jutaan dolar dan Anda mengatakan telah selesai. Kita datang kesini bukan untuk lukisan anak orang tua itu. Saya ingin ada penjelasan."

Juru lelang itu menjawab, "Ini sangat sederhana. Menurut surat wasiat orang tua itu, siapa yang memilih anaknya. akan mendapat semuanya."

Memang, pesan pada hari Natal itu sama seperti yang disampaikan pada kita selama berabad-abad: Kasih seorang Bapa pada Anak-Nya yang telah mengorbankan diri untuk menyelamatkan orang lain. Dan karena kasih Bapa itu, siapa yang menerima Anak-Nya akan menjadi ahli waris-Nya dan menerima seluruhnya.

Yohanes 1:12 - Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;

Galatia 4:7 - Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah.


Hadiah Natal Terindah

24Dec2008

Nasib Egar tidak sebaik hatinya. Dengan pendidikannya yang rendah, pria berumur sekitar 30 tahun itu hanya seorang pekerja bangunan yang miskin.

Dan bagi seseorang yang hanya berjuang hidup untuk melewati hari demi hari, Natal tidak banyak berbeda dengan hari-hari lainnya, karenanya apa yang terjadi pada suatu malam natal itu tidak banyak yang diingatnya.

Malam itu di seluruh negeri berlangsung kemeriahan suasana natal. Setiap orang mempersiapkan diri menghadapi makan malam yang berlimpah. Tapi di kantong Egar hanya terdapat $10, jumlah yang pas-pasan untuk makan malamnya dan tiket bis ke Baldwin, dimana dia mungkin mendapatkan pekerjaan untuk ongkos hidupnya selama beberapa berikutnya.

Maka menjelang malam, ketika lonceng dan lagu-lagu natal terdengar dimana-mana, dan senyum dan salam natal diucapkan tiap menit, Egar menaikkan kerah bajunya dan menunggu kedatangan bis pukul 20:00 yang akan membawanya ke Baldwin.

Salju turun deras. Suhu jatuh pada tingkat yg menyakitkan dan perut Egar mulai berbunyi karena lapar. Ia melihat jam di stasiun, dan memutuskan untuk membeli hamburger dan kentang goreng ukuran ekstra, karena ia butuh banyak energi untuk memindahkan salju sepanjang malam nanti.

"Lagipula," pikirnya, "sekarang adalah malam natal, setiap orang, bahkan orang seperti saya sekalipun, harus makan sedikit lebih special dari biasanya."

Di tengah jalan ia melewati sebuah bangunan raksasa, dimana sebuah pesta mewah sedang berlangsung. Ia mengintip ke dalam jendela. Ternyata itu adalah pesta kanak-kanak. Ratusan murid taman kanak-kanak dengan baju berwarna-warni bermain-main dengan begitu riang. Orangtua mereka saling mengobrol satu sama lain, tertawa keras dan saling olok. Sebuah pohon terang raksasa terletak di tengah-tengah ruangan, kerlap-kerlip lampunya memancar keluar jendela dan mencapai puluhan mobil-mobil mewah di pekarangan. Di bawah pohon terang terletak ratusan hadiah-hadiah natal dalam bungkus berwarna-warni. Di atas beberapa meja raksasa tersusun puluhan piring-piring yang berisi bermacam-macam makanan dan minuman, menyebabkan perut Egar berbunyi semakin keras.

Dan ia mendengar bunyi perut kosong di sebelahnya. Ia menoleh, dan melihat seorang gadis kecil, berjaket tipis, dan melihat ke dalam ruangan dengan penuh perhatian. Umurnya sekitar 10 tahun. Ia tampak kotor dan tangannya gemetar.

‘Minta ampun nona kecil,’ Egar bertanya dengan pandangan tidak percaya, ’udara begitu dingin. Dimana orangtuamu?’

Gadis itu tidak bicara apa-apa. Ia hanya melirik Egar sesaat, kemudian memperhatikan kembali anak-anak kecil di dalam ruangan, yang kini bertepuk tangan dengan riuh karena Sinterklas masuk ke dalam ruangan.

‘Sayang kau tidak bisa di dalam sana’ Egar menarik napas. Ia merasa begitu kasihan pada gadis itu.

Keduanya kembali memperhatikan pesta dengan diam-diam. Sinterklas sekarang membagi-bagikan hadiah pada anak-anak, dan mereka meloncat ke sana-sini, memamerkan hadiah-hadiah kepada orangtua mereka yang terus tertawa.

Mata gadis itu bersinar. Jelas ia membayangkan memegang salah satu hadiah itu, dan imajinasi itu cukup menimbulkan secercah sinar di matanya. Pada saat yang bersamaan Egar bisa mendengar bunyi perutnya lagi.

Egar tidak bisa lagi menahan hatinya. Ia memegang tangan gadis itu dan berkata ‘Mari, akan saya belikan sebuah hadiah untukmu.’

‘Sungguh?,’ gadis itu bertanya dengan nada tidak percaya.

‘Ya. Tapi kita akan mengisi perut dulu.’

Ia membawa gadis itu diatas bahunya dan berjalan ke sebuah depot kecil. Tanpa berpikir tentang tiket bisnya ia membeli 2 buah roti sandwich, 2 bungkus kentang goreng dan 2 gelas susu coklat. Sambil makan ia mencari tahu tentang gadis itu.

Namanya Ellis dan ia baru kembali dari sebuah toko minuman dimana ibunya bekerja paruh waktu sebagai kasir. Dia sedang dalam perjalanan pulang ke rumah anak yatim St. Carolus, sebuah sekolah kecil yang dibiayai pemerintah untuk anak-anak miskin. Ibunya baru memberinya sepotong roti tawar untuk makan malamnya. Egar menyuruh gadis itu untuk menyimpan rotinya untuk besok.

Sementara mereka bercakap-cakap, Egar terus berpikir tentang hadiah apa yg bisa didapatnya untuk Ellis. Ia kini hanya punya sekitar $5 dikantongnya. Ia mengenal sopir bis, dan ia yakin sopir itu akan setuju bila ia membayar bisnya kali berikutnya. Tapi tidak banyak toko-toko yang buka disaat ini, dan yang bukapun umumnya menaikkan harga-harga mereka. Ia amat ragu-ragu apakah ia bisa membeli sesuatu seharga $5.

Apapun yang terjadi, katanya pada dirinya sendiri, saya akan memberi gadis ini hadiah, walaupun itu kalung saya sendiri.

Kalung yang melingkari lehernya adalah milik terakhirnya yang paling berharga. Kalung itu adalah 24 karat murni, sepanjang kurang lebih 30 cm, seharga ratusan dollar. Ibunya memberinya kalung itu beberapa saat sebelum kematiannya.

Mereka mengunjungi beberapa toko tapi tak satupun yang punya sesuatu seharga $5. Tepat ketika mereka mulai putus asa, mereka melihat sebuah toko kecil yang agak gelap di ujung jalan, dengan tanda ‘BUKA’ di atas pintu.

Bergegas mereka masuk ke dalam. Pemilik toko tersenyum melihat kedatangan mereka, dan dengan ramah mempersilakan mereka melihat-lihat, tanpa peduli akan baju-baju mereka yang lusuh.

Mereka mulai melihat barang-barang di balik kaca dan mencari-cari sesuatu yang mereka sendiri belum tahu. Mata Ellis bersinar melihat deretan boneka beruang, deretan kotak pensil, dan semua barang-barang kecil yang tidak pernah dimilikinya.

Dan di rak paling ujung, hampir tertutup oleh buku cerita, mereka melihat seuntai kalung. Kening Egar berkerut.

Apakah itu kebetulan, atau natal selalu menghadirkan keajaiban, kalung bersinar itu tampak begitu persis sama dengan kalung Egar.

Dengan suara takut-takut Egar meminta melihat kalung itu. Pemilik toko, seorang pria tua dengan cahaya terang di matanya dan jenggot yang lebih memutih, mengeluarkan kalung itu dengan tersenyum.

Tangan Egar gemetar ketika ia melepaskan kalungnya sendiri untuk dibandingkan pada kalung itu.

‘Yesus Kristus,’ Egar mengguman, ’begitu sama dan serupa.’

Kedua kalung itu sama panjangnya, sama mode rantainya, dan sama bentuk salib yang tertera diatas bandulnya. Bahkan beratnyapun hampir sama. Hanya kalung kedua itu jelas kalung imitasi. Dibalik bandulnya tercetak: ‘Imitasi : Tembaga’.

‘Samakah mereka?’ Ellis bertanya dengan nada kekanak-kanakan. Baginya kalung itu begitu indah sehingga ia tidak berani menyentuhnya. Sesungguhnya itu akan menjadi hadiah natal yang paling sempurna, kalau saja……kalau saja…….

“Berapa harganya, Pak?” tanya Egar dengan suara serak karena lidahnya kering.

“Sepuluh dollar.” kata pemilik toko.

Hilang sudah harapan mereka. Perlahan ia mengembalikan kalung itu. Pemilik toko melihat kedua orang itu berganti-ganti, dan ia melihat Ellis yang tidak pernah melepaskan matanya dari kalung itu. Senyumnya timbul, dan ia bertanya lembut “Berapa yang anda punya, Pak ?”

Egar menggelengkan kepalanya “Bahkan tidak sampai $5.”

Senyum pemilik toko semakin mengembang “Kalung itu milik kalian dengan harga $4.”

Baik Egar maupun Ellis memandang orang tua itu dengan pandangan tidak percaya.

“Bukankah sekarang hari Natal?” Orang tua itu tersenyum lagi, “Bahkan bila kalian berkenan, saya bisa mencetak pesan apapun dibalik bandul itu. Banyak pembeli saya yang ingin begitu. Tentu saja untuk kalian juga gratis.”

“Benar-benar semangat natal.” Pikir Egar dalam hati.

Selama 5 menit orang tua itu mencetak pesan berikut dibalik bandul : “Selamat Natal, Ellis Salam Sayang, Sinterklas”

Ketika semuanya beres, Egar merasa bahwa ia memegang hadiah natal yang paling sempurna seumur hidupnya.

Dengan tersenyum Egar menyerahkan $4 pada orang tua itu dan mengalungkan kalung itu ke leher Ellis. Ellis hampir menangis karena bahagia.

“Terima kasih. Tuhan memberkati anda, Pak. Selamat Natal.” kata Egar kepada orang tua itu.

“Selamat natal teman-temanku.” Jawab pemilik toko, senantiasa tersenyum.

Mereka berdua keluar dari toko dengan bahagia. Salju turun lebih deras tapi mereka merasakan kehangatan didalam tubuh. Bintang-bintang mulai muncul di langit, dan sinar2 mereka membuat salju di jalan raya kebiru-biruan. Egar memondong gadis itu di atas bahunya dan meloncat dari satu langkah ke langkah yang lain.

Ia belum pernah merasa begitu puas dalam hidupnya. Melihat tawa riang gadis itu, ia merasa telah mendapat hadiah natal yang paling memuaskan untuk dirinya sendiri. Ellis, dengan perut kenyang dan hadiah yang berharga di lehernya, merasakan kegembiraan natal yang pertama dalam hidupnya.

Mereka bermain dan tertawa selama setengah jam, sebelum Egar melihat jam di atas gereja dan memutuskan bahwa ia harus pergi ke stasiun bis. Karena itu ia membawa gadis itu ketempat dimana ia menemukannya.

“Sekarang pulanglah, Ellis. Hati-hati dijalan. Tuhan memberkatimu selalu.”

“Kemana anda pergi, Pak ?” tanya Ellis pada orang asing yg baik hati itu.

“Saya harus pergi bekerja. Ingat sedapat mungkin bersekolahlah yang rajin. Selamat natal, sayang.”

Ia mencium kening gadis itu, dan berdiri. Ellis mengucapkan terima kasih dengan suaranya yang kecil, tersenyum dan berlari-lari kecil ke asramanya. Kebahagiaan yang amat sangat membuat gadis kecil itu lupa menanyakan nama teman barunya. Egar merasa begitu hangat didalam hatinya. Ia tertawa puas, dan berjalan menuju ke stasiun bis. Pengemudi bis mengenalnya, dan sebelum Egar punya kesempatan untuk bicara apapun, ia menunjuk salah satu bangku yg masih kosong.

“Duduk di kursi kesukaanmu, saudaraku, dan jangan cemaskan apapun. Sekarang malam natal.”

Egar mengucapkan terima kasih, dan setelah saling menukar salam natal ia duduk di kursi kesukaannya. Bis bergerak, dan Egar membelai kalung yang ada di dalam kantongnya. Ia tidak pernah mengenakan kalung itu di lehernya, tapi ia punya kebiasaan untuk mengelus kalung itu setiap saat.

Dan kini ia merasakan perbedaan dalam rabaannya. Keningnya berkerut ketika ia mengeluarkan kalung itu dari kantongnya, dan membaca sebuah kalimat yang baru diukir dibalik bandulnya : “Selamat Natal, Ellis Salam Sayang, Sinterklas”

Saat itu ia baru sadar bahwa ia telah keliru memberikan hadiah untuk Ellis……

Selama 12 tahun berikutnya hidup memperlakukan Egar dengan amat keras. Dalam usahanya mencari pekerjaan yang lebih baik, ia harus terus menerus berpindah dari satu kota ke kota lainnya. Akhirnya ia bekerja sebagai pekerja bangunan di Marengo, sekitar 1000 km dari kampung halamannya. Dan ia masih belum bisa menemukan pekerjaan yang cukup baik untuk makan lebih dari sekedar makanan kecil atau kentang goreng.

Karena bekerja terlalu keras di bawah matahari dan hujan salju, kesehatannya menurun drastis. Bahkan sebelum umurnya mencapai 45 tahun, ia sudah tampak begitu tua dan kurus. Suatu hari menjelang natal, Egar digotong ke rumah sakit karena pingsan kecapaian.

Hidup tampaknya akan berakhir untuk Egar. Tanpa uang sepeserpun di kantong dan sanak famili yg menjenguk, ia kini terbaring di kamar paling suram di rumah sakit milik pemerintah. Malam natal itu, ketika setiap orang di dunia menyanyikan lagu2 natal, denyut nadi Egar melemah, dan ia jatuh ke dalam alam tak sadar.

Direktur rumah sakit itu, yg menyempatkan diri menyalami pasien-pasiennya, sedang bersiap-siap untuk kembali ke pesta keluarganya ketika ia melihat pintu gudang terbuka sedikit.

Ia memeriksa buku di tangannya dan mengerutkan keningnya. Ruang itu seharusnya kosong. Dia mengetuk pintu, tidak ada jawaban. Dia membuka pintu itu dan menyalakan lampu. Hal pertama yg dilihatnya adalah seorang tua kurus yang tergeletak diatas ranjang, disebelah sapu-sapu dan kain lap. Tapi perhatiannya tersedot pada sesuatu yang bersinar suram di dadanya, yang memantulkan sinar lampu yang menerobos masuk lewat pintu yang terbuka.

Dia mendekat dan mulai melihat benda yang bersinar itu, yaitu bandul kalung yang sudah kehitam-hitaman karena kualitas logam yang tidak baik. Tapi sesuatu pada kalung itu membuat hatinya berdebar. Dengan hati-hati ia memeriksa bandul itu dan membaca kalimat yang tercetak dibaliknya.

“Selamat Natal, Ellis Salam Sayang, Sinterklas”

Air mata turun di pipi Ellis. Inilah orang yang paling diharapkan untuk bertemu seumur hidupnya. Inilah orang yang membuat masa kanak-kanaknya begitu tak terlupakan hanya dengan 1 malam saja, dan inilah orang yang membuatnya percaya bahwa sesungguhnya Sinterklas memang ada di dunia ini.

Dia memeriksa denyut nadi Egar dan mengangguk. Tangannya yang terlatih memberitahu harapan masih ada. Ia memanggil kamar darurat, dan bergerak cepat ke kantornya. Malam natal yang sunyi itu dipecahkan dengan kesibukan mendadak dan bunyi detak langkah-langkah kaki puluhan perawat dan dokter jaga.

“Jangan kuatir, Pak…. Siapapun nama anda. Ellis disini sekarang, dan Ellis akan mengurus Sinterklasnya yang tersayang.”

Dia menyentuh kalung di lehernya. Rantai emas itu bersinar begitu terang sehingga seisi ruangan terasa hangat walaupun salju mulai menderas diluar.

Ia merasa begitu kuat, perasaan yang didapatnya tiap ia menyentuh kalung itu. Malam ini dia tidak harus bertanya-tanya lagi karena ia baru saja menemukan orang yang memberinya hadiah natal yang paling sempurna sepanjang segala jaman……….

Selamat Natal!


Rudolph

17Dec2008

Suatu malam di bulan Desember di Chicago, seorang gadis kecil berusia 4 tahun naik ke tempat tidur ayahnya dan berkata, "Papa, kenapa mama tidak seperti mama yang lainnya?"

Bob melihat sekilas ke arah sofa dimana terbaring lemah Evelyn, istrinya yang masih muda, akibat kanker selama 2 tahun. Hampir semua penghasilan dan tabungan ia gunakan untuk pengobatan Evelyn.

Ketika jarinya membelai rambut Barbara, ia berdoa supaya bisa menjawab pertanyaan putrinya. Di apartemennya yang lusuh, ia merangkul putrinya dan membacakan sebuah cerita, "Alkisah ada seekor rusa bernama Rudolph, satu-satunya rusa di dunia yang memiliki hidung besar berwarna merah. Rudolph sangat malu dengan hidungnya yang unik. Rusa yang lain sering menertawakannya, keluarganya pun malu. Di malam natal, Santa Claus bersama tim rusanya bersiap untuk perjalanan setahun sekali keliling dunia. Seluruh komunitas rusa berkumpul untuk menyemangati pahlawan besar mereka sebelum berangkat.

Tapi malam itu kabut tebal menyelimuti bumi dan Santa tahu bahwa ia tidak mungkin bisa melihat cerobong asap karena kabut yang tebal itu. Tiba-tiba Rudolph muncul, hidungnya yang merah bersinar lebih terang dari sebelumnya. Santa pikir Rudolph bisa menolongnya. Ia mengikatkan tali pelana pada Rudolph di barisan rusa paling depan. Mereka berangkat! Rudolph memimpin Santa ke setiap cerobong dengan selamat malam itu. Hujan, salju, kabut tidak ada yang menghalanginya karena hidungnya yang bersinar itu. Dan akhirnya Rudolph menjadi rusa yang paling terkenal dan yang paling disayangi. Hidungnya yang pada awalnya membuat dirinya malu sekarang menjadi hal yang paling diingini di antara semua rusa. Santa Claus memberitahu semua orang bahwa Rudolphnya yang menjadi penolong pada malam itu, dan sejak Natal itu, Rudolph hidup dengan tenang dan gembira."

Setelah hari itu, Bob membuat cerita itu menjadi sebuah puisi "Malam sebelum Natal" dan membuatnya dalam bentuk buku dengan gambar sebagai ilustrasi sebagai hadiah khusus untuk Barbara. Bob berusaha keras membuat buku itu sebaik mungkin. Ia ingin putrinya mendapatkan hadiah yang layak, karena ia sudah tidak mampu lagi membeli kado yang lain.

Sebuah tragedi terjadi ketika Evelyn May meninggal dunia. Harapan Bob hancur, satu-satunya kekuatannya hanya Barbara. Dalam dukanya ia tetap meneruskan cerita "Rudolph" dengan tangisan air matanya.

Singkat cerita, tak lama setelah Barbara menangis kegirangan karena hadiah yang dapat dibuat oleh Bob dengan tangannya sendiri pada Natal pagi, Bob diminta untuk datang ke pesta liburan karyawan di Monfgomery Wards. Sebenarnya Bob tidak mau datang, tetapi akhirnya ia datang juga sambil membawa puisinya dan membacanya di tengah-tengah keramaian. Awalnya yang terdengar hanyalah suara canda tawa tetapi kemudian suasana menjadi hening, pada akhirnya ruangan dipenuhi dengan tepuk tangan. Itu terjadi pada tahun 1938.

Natal 1947, sebanyak 6 juta kopi buku itu telah terjual, membuat Rudolph menjadi salah satu buku terlaris di dunia. Permintaan akan produk sponsor meningkat drastis dan banyak para pengajar dan sejarahwan memperkirakan Rudolph akan mendapatkan tempat permanen di tradisi Natal.


Merry Christmas in Other Language


Afrikaner [Afrikaans] : "Geseënde Kersfees"

Albanian : "Urime Krishtlindjet"

Amharic : "Enkwan laberhana ledat abaqqawot" OR "Melkam amat ba`al yehunellachihu"

Arabic : "Milad Majid" OR "Milad Saeed"

Argentine : "Feliz Navidad"

Armenian : "Shenoraavor Nor Dari yev Pari Gaghand"

Bohemian : "Vesele Vanoce"

Brazilian Portuguese : "Feliz Natal"

Briton : "Nedeleg laouen na bloavezh mat"

Bulgarian : "Tchestita Koleda" OR "Tchestito Rojdestvo Hristovo"

Cambodian : "Soursdey Noel"

Chinese [Mandarin] : "Sheng Dankuai Le"

Chinese [Cantonese] : "Sing Daan Faai Lok"

Cornish : "Nadelik Lowen"

Croatian : "Sretan Bozic"

Czech : "Velike Vanoce"

Danish : "Glædelig Jul"

Dutch : "Vrolijk Kerstfeest"

English [American] : "Merry Christmas"

English [Australian] : "'Ave a bonza Chrissy, Mate"

English [UK] : "Happy Christmas"

Esperanto : "Gojan Kristnaskon"

Estonian : "Roomsaid Joulu Puhi"

Farsi : "Christmas-e-shoma mobarak bashad"

Faroese : "Gleðilig Jól"

Filipino : "Maligayang Pasko"

Finnish : "Hauskaa Joulua"

French : "Joyeux Noël"

Frisian : "Noflike Krystdagen en in protte Lok en Seine yn it Nije Jier"

Gaelic : "Nollaig Shona Dhuit"

German : "Froehliche Weihnachten"

Greek : "Kala Christouyenna"

Hawaiian : "Mele Kalikimaka"

Hebrew : "Mo'adim Lesimkha. Chena tova"

Hindi : "Shub Badadin"

Hungarian : "Boldog Karácsonyt"

Icelandic : "Gledileg Jol"

India : "Tamil Nadu - Christmas Vaazthukkal "

Indonesian : "Selamat Hari Natal"

Iraqi : "Idah Saidan Wa Sanah Jadidah"

Irish : "Nollaig Shona Duit"

Italian : "Buon Natale"

Japanese : "Meri Kurisumasu"

Klingon : "QISmaS Quch Daghajjaj"

Korean : "Sung Tan Jul Chuk Ha"

Latvian : "Prieci'gus Ziemsve'tkus un Laimi'gu Jauno Gadu"

Lithuanian : "Linksmu Kaledu"

Malay : "Selamat Hari Natal dan Tahun Baru"

Maltese : "Il-Milied it-tajjeb"

Maori : "Meri Kirihimete"

Navajo : "Ya'at'eeh Keshmish"

New Guinea Pidgin : "Meri Christmas"

New Zealand : "Happy Christmas"

Norwegian : "Gledelig Jul"

Pennsylvania German : "En frehlicher Grischtdaag"

Peru : "Felices Fiestas" OR "Feliz Navidad"

Polish : "Wesolych Swiat Bozego Narodzenia"

Portuguese : "Feliz Natal"

Punjabi : "Hacahi Ke Eide"

Rumanian : "Sarbatori Fericite"

Russian : "S Rozhdestvom Kristovym"

Serbian : "Hristos se rodi"

Slovakian : "Sretan Bozic" OR "Vesele vianoce"

Samoan : "Manuea le Karisimasi"

Scots Gaelic : "Nollaig chridheil huibh"

Slovak : "Vesele Vianoce. A stastlivy Novy Rok"

Slovene : "Srecen Bozic"

Spanish : "Feliz Navidad"

Swahili : "Heri ya Krismasi"

Swedish : "God Jul"

Tagalog [Philippines] : "Maligayang Pasko"

Tahitian : "Ia ora'na no te noere"

Telugu : "Santhasa Krismas"

Thai : "Suksan Christmas"

Turkish : "Noeliniz Ve Yeni Yiliniz Kutlu Olsun"

Ukrainian : "Z Rizdvom Krystovym" OR "Veselogo Rizdva""

Urdu [Pakistan] : "Shadae Christmas"

Uzbek : "Yangi Yiligiz Mubarak Bolsun"

Vietnamese : "Chuc Mung Giang Sinh"

Welsh : "Nadolig Llawen"

Jika ada yang mau nambahin atau kesalahan dalam penulisan translatenya .. tolong kasih tau saya ya Thx ya .. GBU...



0 komentar: